ESTIMASI
ALIRAN KAS dan ANALISIS RESIKO
(
CASH FLOW ESTIMATION and RISK ANALYSIS )
A. Definisi Estimasi Arus Kas ( Cash flow Estimation)
Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk
bersih setiap tahun setelah proyek beroperasi atau dijalankan.
B.
Mengindentifikasi Arus Kas Yang Relevan ( Relevant cashflow )
Arus kas yang relevan adalah sebagai arus kas tertentu atau spesifik yang
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pengaggaran modal.
a.
Arus Kas Proyek versus Laba Akuntansi
Ingatlah bahwa arus kas bebas akan
dihitung sebagai berikut :
Arus Laba opr Pengeluaran Perubahan dalam modal
kas = stlh pajak + Dep. - modal - kerja operasional
bebas
Pengeluaran
Aktiva Sekarang -
=
EBIT (1-T) + Dep. - modal
- Kewajiban Spontan
|
§ Biaya
Aktiva Tetap
yaitu , biaya aktiva tetap meliputi biaya peroleh ditambah
dengan biaya pengiriman dan pemasangan. Sebagian besar proyek membutuhkan
aktiva, dan pembelian aktiva menggambarkan arus kas negatif. Walaupun aktiva
mengakibatkan arus kas keluar, para akuntan tidak menyajikan pembelian aktiva
tetap sebagai pengurang dari laba akuntansi. Sebagai gantinya, mereka
mengurangkan beban depresiasi tiap tahun sepanjang umur aktiva tersebut.
§ Beban
Nonkas
yaitu
, dalam menghitung laba bersih, para akuntan
biasanya mengurangkan depresiasi dari pendapatan setiap tahunnya. Jadi,
meskipun akuntan tidak mengurangkan harga pembelian aktiva tetap dalam
perhitungan laba akuntansi , tetapi mereka mengurangi beban depresiasi setiap
tahun. Depresiasi melindungi laba terhadap pajak, dan hal ini memiliki dampak
arus kas, tetapi depresiasi itu sendiri bukanlah suatu arus kas. Karenanya,
depresiasi harus ditambahkan kepada laba bersih ketika kita menghitung esyimasi
arus kas suatu proyek.
§ Perubahan
dalam Modal Kerja Operasi Bersih
yaitu
, peningkatan / kenaikan aktiva lancar yang dihasilkan dari proyek baru
dikurangi dengan peningkatan uang dagang dan akrual secara spontan. Jika, perubahan ini positif, sebagaimana
biasanya terjadi dalam proyek ekspansi, maka pendanaan tambahan, diluar biaya
perolehan aktiva tetap, masih akan dibutuhkan. Mendekati akhir umur proyek ,
persediaan akan habis terpakai tetapi
tidak diganti, dan piutang akan ditgih tanpa adanya piutang pengaanti . Seiring
dengan perubahan ini, perusahaan akan menerima arus kas masuk. Akibatnya,
investasi dalam modal kerja operasi akan dikembalikan pada akhir umu proyek.
b.
Arus Kas Tambahan ( Incremental cashflow )
Arus
kas tambahan yaitu, perubahan jumlah total arus kas perusahaan yang terjadi
sebagai akibat langsung diterimanya suatu proyek.
Ada tiga masalah khusus dalam menentukan
arus kas tambahan, yaitu ;
1. Biaya
Tertanam ( Sunk Costs)
adalah
, suatu pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya atau telah terjadi,
sehingga tidak terpengaruh oleh keputusan yang telah dipertimbangkan.
Karena
biaya tertanam bukanlah biaya tambahan, maka biaya ini tidak boleh dimasukkan
kedalam analisis.
2. Biaya
Kesempatan ( Opportunity Costs)
adalah
, arus kas yang seharusnya dapat diperoleh / dihasilkan dari aktiva yang telah
dimiliki perusahaan apabila / seandainya aktiva tersebut tidak untuk proyek
yang sedang dianalisis.
3. Pengaruh
terhadap Barang lain ( Effect on Other Projets )
v Eksternalitas
( externalities ) : Pengaruh yang
dimiliki proyek terhadap bagian – bagian lain dari perusahaan.
v Kanibalisasi
( canibalitzation) : Pengenalan sebuah produk baru mengakibatkan penjualan
produk yang sudah ada mengalami penurunan.
C. Mengevaluasi Proyek Penganggaran
Barang Modal
Sampai
titik ini, kita telah membahas beberapa aspek penting dalam analisis arus kas,
tetapi kita belum melihat bagaiman aspek – aspek tersebut akan mempengaruhi
pengambilan keputusan penganggaran modal. Secara konseptual, keputusan –
keputusan ini cukup jelas dasarnya : proyek yang potensial akan menciptakan
nilai bagi pemegang saham perusahaan jika dan hanya jika nilai sekarang bersih
dari arus kas tambahan proyek tersebut positif. Namun dalam praktiknya
mengestimasi arus kas ini sangat sulit dilakukan.
v Proyek
ekspansi baru ( new expantion project ) : proyek yang dimaksudkan untuk
meningkatkan penjualan . Arus kas tambahan hanya berupa kas masuk dan arus kas
keluar dari proyek tersebut. Jadi, disini arus kas tambahan hanya dapat berupa
arus kas masuk dan arus kas keluar dari proyek tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan hanya membandingkan bagaimana nilai yang ada dengan atau proyek yang
diusulkan.
v Proyek
pengganti ( replacement project ) : suatu proyek yang menggantikan aktiva yang
ada dengan aktiva yang baru. Dalam analisis penggantian ini, perusahaan
membandingkan antara nilai yang terjadi jika membeli aktiva yang baru dengan
nilai jika tetap menggunakan aktiva yang sudah ada .
Meskipun terdapat perbedaan –
perbedaan diatas, prinsip dasar untuk mengevaluasi proyek ekspansi dan proyek
pengganti adalah sama. Dalam setiap kasus, Arus Kas Proyek Pada Umumnya meliputi hal – hal sebagai
berikut :
1) Pengeluaran
investasi awal.
yaitu , investasi awal
termasuk ada biaya aktiva tetap dimuka sehubungan dengan proyek yang ditambah
dengan penambahan yang terjadi dalam modal kerja operasi bersih.
2) Arus
kas operasi selama umur proyek
yaitu , Ini merupakan arus
kas masuk tambahan selama umur ekonomis proyek. Arus kas operasi tahunan sama
dengan laba operasi setelah pajak ditambah depresiasi.
3) Arus
kas tahun berakhir
yaitu , Pada akhir umur
suatu proyek, umumnya sejumlah arus kas tambahan sering kali diterima. Ini
termasuk nilai sisa ( salvage value ) aktiva tetap, yang disesuiakan pajak jiak
aktiva tersebut tidak dijual berdasarkan nilai bukunya, ditambah pengembalian
dari modal kerja operasi bersih.
D.
Analisis Resiko Proyek
Analisis
resiko proyek adalah, teknik analisis resiko diman sekumpulan keadaan keuangan
yang baik dan buruk dibandingkan dengan situasi yang paling mirip, atau kasus
dasar.
Kasus Dasar adalah, analisis dimana seluruh variabel input
dinyatakan dalam nilai yang paling mungkin terjadi.
Ada
Tiga jenis analisis resiko proyek yang terpisah dan berbeda, yaitu :
1. Stand Alone Risk ( Resiko Berdiri
Sendiri )
yaitu,
resiko yang didasari asumsi bahwa proyek tersebut merupakan satu –satunya
aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu- satunya
perusahaan yang dimiliki para investor bersangkutan. Resiko ini diukur dari
variabilitas pengembalian yang diharapkan dari proyek tersebut.
Terdiri
dari 3 teknik untuk memperkirakan resiki berdikari :
a).
Sensitivity Analysis ( Analisis Sensitivitas )
yaitu
, sebuah teknik yang mengindikasikan seberapa banyak NPV atau IRR dapat berubah sebagai akibat dari adanya perubahan
tertentu
pada sebuah variabel input, jika variabel lain dianggap tetap.
b).
Scenario Analysis ( Analisis Skenario )
yaitu
, Teknik analisis resiko yang mempertimbangkan baik sensitivitas NPV terhadap perubahan variable- variabel kunci
maupun rentangan ( range ) dari nilai- nilai variabel yang sangat
memungkinkan.
Analisis
skenario memberikan informasi yang berguna tentang resiko berdiri sendiri
proyek. Akan tetapi, analisis ini masih
memiliki keterbatasan karena hanya memperhitungkan sedikit hasil akhir yang
berlainan (NPV), meskipun masih banyak kemungkinan lain yang tidak terbatas
jumlahnya.
c).
Monte Carlo Simulation ( Simulasi Monte Carlo )
yaitu,
Teknik analisis resiko diman kemungkinan
kejadian yang terjadi dimasa yang akan datang
disimulasikan dalam sebuah komputer,
sehingga menghasilkan estimasi tingkat pengembalian dan indeks – indeks resiko.
Langkah
dalam simulasi adalah menetapkan distribusi probabilitas dari setiap variabel
arus kas yang tidak pasti. Setelah itu dilakukan, maka selanjutnya adalah :
o
Memilih secara acak nilai untuk setiap
variabel yang tidak pasti berdasarkan NPV yang telah ditetapkan diatas untuk
mendpatkan model pertama.
o
Nilai yang dipilih untuk variabel yang tidak
pasti,
o
Langkah 1 dan 2 diulang berkali- kali
misalnya 1000 kali sehingga menghasilkan 1000 NPV yang membentuk distribusi
probabilitas.
Seperti
pada analisis skenario, kita menyerderhanakan ilistrasi tersebut dengan
menghitung distribusi probabilitas untuk satu variabel kunci saja yaitu jumlah
unit yang terjual. Keunggulan utama dari
simulasi Monte Carlo ini adalah dapat ditunjukkanya berbagai hasil
yang mungkin sekaligus denhgan probabilitasnya. Jadi hasilnya bukan satu titik
estimasi dari NPV.
2.
Within Firm Risk ( Resiko didalam Perusahaan )
yaitu
, Pengaruh dari suatu proyek terhadap resiko perusahaan tanpa mempertimbangkan
diversivikasi pemilihan saham dari masing – masing pemegang saham . Resiko ini
diukur berdasarkan pengaruh proyek bersangkutan terhadap variabilitas laba
perushaan.
3. Market Risk ( Resiko Pasar)
yaitu
, Proyek ditinjau dari sudut pandang seorang investor yang memiliki portolio
saham yang sangat terdiversifikasi. Resiko ini ukur berdasarkan pengaruh proyek
terhadap koefisien BETA perusahaan.
Koefisien BETA itu sendiri adalah,
ukuran resiko pasar yang sejauh mana pengembalian dari sebuah saham tertentu
mengalami pergerakan dibursa saham.
Kesimpulan
Kita
telah membahas tiga jenis resiko yang sering diapakai dalam analisis
penganggaran modal – resiko berdiri sendiri, resiko dalam perusahaan, dan
resiko pasar –dan kita membahas secara –cara untuk menilai masing-masing resiko
tersebut. Akan tetapi, masih tersisa dua pertanyaan yang harus dijawab : (1)
Haruskah perusahaan memperhitungkan resiko berdiri sendiri atau resiko
perusahaan dalam pengambilan keputusan penganggaran modal, dan (2) apa yang
harus dilakukan apabila penilaian resiko berdiri sendiri, resiko dalam
perusahaan, dan resiko pasar mengarah kepada kesimpulan yang berbeda-beda?
Pertanyaan-
pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Dari sudut pandang teori, investor yang
sangat terdiversivikasi seharusnya hanya peduli pada resiko pasar, dan para
menajer hanya peduli untuk memaksimalkan harga saham, dan kedua faktor ini
harus mengarah pada kesimpulan bahwa resiko pasar ( resiko beta) seharusnya
diberi bobot yang lebih besar dalampengambilan keputusan penganggaran modal.
Akan tetpi jika investornya tidak terdiversivikasi dengan baik, jika CPAM tidak
berjalan seperti yang disebutkan di dalam teori, atau jika masalah pengukuran
membuat manager tidak percaya pada pendekatan CPAM dalam penganggaran modal ,
maka lebih baik memberikan bobot yang lebih besar pada resiko berdiri sendiri
dan resiko perusahaan dari pada yag disarannkan oleh teori keuangan.
Walaupun
sangat baik jika kita dapat merekonsiliasi semua masalah ini dan mengukur
resiko proyek menggunakan skala yang absolut, dlam praktiknya yang terbaik yang
dapat dilakukan adalah mengestimasi resiko proyek secara relatif dan agak
kabur. Misalnya , kita umumnya dapat mengatakan dengan tingkat kepercayaan yang
cukup besar bahwa suatu proyek tertentu memiliki resiko berdiri sendiri yang
lebih besar atau lebih kecil dari pada proyek-proyek perusahaan pada umumnya.
Lalu, dengan berasumsi bahwa resiko berdiri sendiri dan resiko perusahaan memiliki
korelasi yang tinggi, maka resiko berdiri sendiri suatu proyek akan menjadi
ukuran yang baik dari resiko perusahaannya. Terakhir, denagn berasumsi bahwa
resiko pasar dan resiko perusahaan memiliki korelasi yang tinggi ( yang umum
terjadi di kebanyakan perusahaan yang ada), suatu proyek dengan resiko yang
lebih tinggi daripada biasanya jug aakan
memiliki resiko pasar yang lebih tinggi pula dan demikian pula sebaliknya untuk
proyek yang memiliki resiko perusahaan yang rendah.