Tuesday, April 17, 2012

Teori Akuntansi_Stuktur Teori Akuntansi


STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

I.               HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apa pun pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi (deduktif atau induktif, normative atau deskriptif)  kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Stuktur dari suatu teori akuntansi terdiri dari elemen-elemen berikut ini :
1.        Suatu pernyataan mengenai tujuan dari laporan keuangan,
2.        Suatu pernyataan dari dalil-dalil dan konsep teoritis dan akuntansi yang berkaitan dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat sari unit akuntansi tersebut,
3.        Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dasar berdasarkan dalil-dalil maupun konsep teoritis tersebut,
4.        Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.

II.                   HAKIKAT  DARI DALIL , KONSEP TEORITIS , DAN PRINSIP – PRINSIP AKUNTANSI
1.             Dalil akuntansi (accounting postulate) adalah pertnyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaian terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, social dan hokum di mana akuntansi harus beroperasi.
2.             Konsep teoritis (theoretical concept ) dari akuntansi juga merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaian terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas property.
3.             Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4.             Teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi tersebut.
III.                   DALIL – DALIL AKUNTANSI
1.             Dalil entitas
Dalil entitas (entity postulate) menganggap bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dan transaksi pribadi : akuntan akan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan, dan bukannya dari transaksi dari pemilik perusahaan. Konsep entitas berlaku untuk firma, perusahaan perorangan, korporasi (baik berupa perseroan maupun nonperseroan ), serta perusahaan kecil dan besar.
2.             Dalil kelangsungan usaha
Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate) atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil kelangsungan usaha membenarkan penilaian aktiva menggunakan basisi nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi deoresiasi. Dalil kelangsungan usaha juga dapat digunakan unutk mendukung teori manfaat (benefit theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada suatu perusahaan. Kelangsungan usaha (yaitu kelanjutan yang tidak terbatas dari suatu entitas akuntansi ) adalah penting bagi justifikasi teori manfaat.
3.             Dalil unit pengukuran
Dalil unit pengukuran (unit-of-measure postulate) menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang. Dalil unit pengukuran atau dalil unit moneter, mengimplikasikan keterbatasan utama dari akuntansi. Akuntansi terbatas pada prediksi dari informasi yang dinyatakan dalam satuan uang , akuntansi tidak mencatat maupun mengomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi tersebut relevan.
4.             Dalil periode akuntansi
Dalil periode akuntansi (accounting-period postulate) menganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya diungkap setiap periode. Dengan menggunakan entitas untuk menyediakan laporan keuangan periodic jangka pendek, dalil periode akuntansi memberlakukan adanya akrual dan deferral (tangguhan),yang penerapannya merupakan perbedaan utama antara akuntansi akrual dengan akuntansi kas.

IV.                   KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
1.             Teori kepemilikan
Teori kepemilikan (proprietary theory), entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan di mana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi”. Teori kepemilikan dapat memiliki dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dalam bentuk kedua dari teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik.
2.             Teori entitas
Teori entitas (entity theory) memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal  bagi entitas tersebut. Teori entitas paling sesuai bagi bentuk perusahaan dari suatu usaha bisnis. Yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya.
3.             Teori dana
Teori dana (fund theory), dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva dan kewajiban serta pembatasan yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Teori dana terutama berguna bagi pemerintah dan organisasi nirlaba. Teori dana juga relevan untuk organisasi yang berorientasi laba, yang menggunakan dana untuk aktivitas yang begitu beragam.

V.                   PRINSIP- PRINSIP  AKUNTANSI
1.       Prinsip biaya
          Prinsip biaya ( cost principle ), biaya perolehan/akuisisi ( acquisition cost ) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
2.       Prinsip pendapatan
          Prinsip pendapatan ( revenue principle ) menspesifikasi
ü   Hakikat dan komponen-komponen pendapatan
ü   Pengukuran pendapatan
ü   Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan.
Dasar akrual ( accrual basis ) untuk pengakuan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk, atau pada saat penagihan penjualan.
Dasar kejadian penting ( critical event basis ) untuk pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Kejadian tersebut dapat berupa : waktu penjualan, penyelesaian produksi, penerimaan pembayaran setelah penjualan.
Dasar penjualan ( sales basis ) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan karena : harga dari produk tersebut diketahui dengan pasti; pertukaran telah difinalisasi dengan pengantaran barang sehingga mengarah pada pengetahuan yang objektif atas biaya yang terjadi; dan dalam hal revaluasi, penjualan merupakan kejadian penting.
Dasar penyelesaian produksi ( completion-of-productin basis ) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika ada pasar yang stabil dan harga yang stabil untuk komoditas standar.
Dasar pembayaran ( payment basis ) untuk pengakuan pendapatan dibenarkan ketika penjualan akan dibuat dan ketika penilaian yang cukup akurat tidak dapat diberikan kepada produk yang akan ditransfer.
3.       Prinsip pengaitan
          Prinsip pengaitan ( matching principle ) menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait, yaitu pendapatan diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui.
4.       Prinsip objektivitas
          Kegunaan dari informasi keuangan sangat bergantung pada keandalan dari prosedur yang digunakan. Karena memastikan keandalan maksimum sering kali sulit untuk dilakukan, maka akuntan telah menggunakan prinsip objektivitas (objectivity principle) untuk membenarkan prosedur pengukuran.
5.       Prinsip konsistensi
          Prinsip konsistensi (consistency principle) menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode. Konsisten adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan memfasilitasi keputusan pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut.
6.       Prinsip pengungkapan penuh
          Pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telah memengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak meyesatkan bagi investor kebanyakan
7.       Prinsip konservatif
          Prinsip konservatif (conservatism principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap oenyajian data akuntansi yang relevan dan andal.
8.       Prinsip materialitas
          Prinsip materialitas (materiality principle) adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara cepat, tanpa memedulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umu atau tidak.
9.       Prinsip keseragaman dan komparabilitas
          Prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda.
10.     Prinsip waktu dari laba dan konservatisme akuntansi
          Ketepatan waktu dari laba akuntansi (timeliness of accounting earnings) didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang. Konservatisme (conservatism) didefinisikan oleh Basu adalah sejauh mana laba akuntansi periode sekarang secara asimetris memasukkan kerugian ekonomi, relative terhadap keuntungan ekonomi.

VI.                   KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
1.       Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
          Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Suatu proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah.
2.       Kemungkinan akan kebenaran dalam akuntansi
1)             Kebenaran secara netralitas : Untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Untuk menghindari dimasukkannya bias dalam pengetahuan, gambaran, dan komunikasi fakta, akuntan diharaokan bersikap netral. Netralitas dianggap sebagai karakteristik kualitatif penting dari informasi akuntansi.
2)             Kebenaran sebagai objektivitas: Untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka.
3)             Kebenaran, objektivitas, dan keandalan: Keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data tersebut. Keandalan akan berbeda antarpengguna, tergantung pada tingkat pengetahuan mereka akan aturan-aturan yang digunakan untuk menyusun informasi tersebut.
4)             Kebenaran, objektivitas, dan kekerasan: Tingkat kekerasan mengasumsikan lingkungan kompetitif yang sedemikian rupa sehingga insentif yang berbeda dapat mendorong kelompok akuntan yang berbeda untuk menghasilkan kelompok ukuran yang berbeda. Ukuran kekerasan adalah ukuran yang dibangun sedemikian rupa untuk membuat ketidaksetujuan yang timbul antara pengukur menjadi sulit.
5)             Kebenaran dan peran akuntansi: Jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Tentu saja terdapat peran tradisional sebagai alat bantu yang berguna bagi pengambilan keputusan yang rasional dengan pandangan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas organisasional.
6)             Mustahilnya kebenaran dalam akuntansi: Kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindari kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh menfaat dari pengetahuan hal tersebut. Karena akuntan tidak memiliki kebebasan untuk mengungkapkan rahasia yang dapat menguntungkan pengguna, maka hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai keterbatasan dari kebenaran naratif dalam akuntansi dibandingkan dengan kebenaran historis.
Comments
0 Comments
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment